Catatan (15) Info (8) PENDIDIKAN (8) PUISI (5) My Songs (4) Berita (1) Hunting Foto (1)

31 Jan 2012

MENGANTUK

Saat itu jam sudah hampir menunukan pukul 23.00, ayahku sudah mulai melakukan tingkah-tingkah yang tidak perlu. Aku paham, dia sedang menahan matanya agar tetap terbuka. Aku tahu karena ini yang kedua kalinya dan di tambah kakinya yang tidak mau diam seperti sedang menginjak-injak sesuatu. Hal ini sangat mengganggu konsentrasi ayahku yang sedang menyetir. Hatiku perih melihat ini, tidak tega dan kasihan. Tapi apa yang bisa ku perbuat, aku belum bisa menyatir. Aku terus mengajaknya bicara dan aku terus menyarankan ayahku untuk istirahat sejenak di tempat peristirahatan.
“yah, mending kita istirahat dulu, ayah tidur dulu aja.” Kataku.
Namun dia trus menginjak pedal gasnya. Sungguh, jantungku berdebar-debar, ayahku mrnyetir dengan tidak karuan. Semua orang tahu bagaimana sulitnya dan bagaimana sakitnya menahan ngantuk. Aku benar-benar miris melihat ini.
Setiap hari dia melakukan ini sendiri. Hanya kebetulan hari ini aku sedang libur kuliah, jadi aku bisa menemaninya. Kami berdua di perjalanan suasananya hening sekali, apa lagi jika ayahku sendirian. Oleh seba itu, aku tidak berani membiarkan ayahku membuka matanya sendirian. Semengantuk apapun aku, tidak akan aku menutup mataku.
Aku ingin sekali ayahku berhenti dari pekarjaan ini. Namun sialnya, mungkin hanya pekerjaan ini yang bisa dia lakukan. Pekerjaan ini lah yang membuat kami sekeluarga bisa hidup setelah ayahku di PHK. Walaupun beberapa kali terjadi hal-hal yang tidak di inginkan yang bersifat merugikan dan bahkan bisa nyawa yang menjadi taruhan, ayahku tetap saja tidak mau berhenti. Setiap satu minggu dua kali mengantarkan penumpang ke Jakarta. Dan bila beruntung, sembari pulang dia juga membawa penumpang dari Jakarta.
Walau terkadang ayahku sering membuatku jengkel, tapi sungguh hatiku terketuk saat melihat ini. aku miris melihat proses ayahku memperoleh uang selama ini yang sudah banyak ku hamburkan. Di dalam pikiranku pun timbul sebuah pertanyaan,
“mengapa ayah tetap bekerja untuk kami? Jelas-jelas kami sering membuat ayah marah dan kecewa.” Dalam hatiku.
Aku sadar, ternyata ayahku masih memiliki rasa tanggung jawab terhadap anak dan istrinya. Dan ternyata ayahku memiliki kesabaran yang benar-benar luar biasa. Kekesalan dan kekecewaan yang bertubi-tubi yang  kami perbuat, tidak melunturkan kesetiaannya kepada kami sekeluarga.
Tidak lama setelah aku menyarankan untuk istirahat, akhirnya ayahku memutuskan untuk beristirahat. Namun bukan seperti yang aku maksud, dia beristirahat bukan untuk tidur sejenak melainkan untuk makan. Mungkin dia sedang lapar, tapi setauku mata akan semakin mengantuk jika perut terisi penuh. Sebelumya aku menyarankan untuk mencuci muka agar tidak mengantuk dan ayahku melakukannya, begitu juga denganku. Sekarang, aku menyarankan lagi untuk makan makanan yang pedas. Dan dia pun melakukannya dengan menambahkan sambal pada makananya, begitu juga denganku. Setelah selesai beristirahat kami melanjutkan perjalanan yang sedang tidak ada penumpang itu. Efect dari sambal tadi tidak bereaksi untuk waktu yang lama. Malah nasi yang kini bereaksi cepat di perut kami sehingga mebuat kami mengantuk kembali.
Waktu terus berjalan, jam hamper menunjukan pukul 01.00 dini hari. Sudah beberapa kali ayahku hampir membuat mobil yang di kemudinya keluar dari jalur. Namun mungkin karena sudah terbiasa dia bisa mengatasinya dengan baik. Jam hampir menunjukan pukul 02.00 dini hari alhamdulilah aku dan ayahku selamat sampai di rumah.

                                                                                                                                               29 Januari 2012

0 komentar:

Posting Komentar

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

 
Wide Eye Onion Kun